Serpihan Hati -Part 3a-

Betapa beruntungnya aku malam ini. Malam begitu indah bertabur bintang dan bulan pun bersinar begitu terang. Aku telah berhasil menghabiskan waktuku dengan baik malam ini, dan sekarang aku berada di dalam mobilku bersama sosok wanita cantik di sebelahku. Begitu nyamannya waktu berjalan saat ini, tidak terlalu cepat, namun tidak terasa lambat. Yang pasti aku merasa menjadi laki-laki yang paling beruntung di dunia malam ini.

Entah bagaimana awalnya, tiba-tiba Wina mengajakku pergi keluar malam ini. Wina. Sosok wanita yang selama ini diam-diam aku kagumi. Wina memiliki perpaduan yang unik antara sifatnya yang baik dan lembut, serta kesempurnaan fisik yang begitu seimbang. Selama ini aku berhasil memendam segala perasaan ku terhadap Wina, tetapi malam ini perasaan itu telah berhasil menguasai hati dan otakku. Jujur dalam hati, aku ingin berteriak gembira agar seluruh dunia mengerti betapa aku memuja sosok seorang Wina. Tapi semua gejolak itu langsung padam begitu saja.

Malam semakin larut dan aku merasa lelah, tetapi sekaligus berbunga-bunga. Senang, gembira, nyaman, santai, semuanya bercampur menjadi satu dan bergiliran menghempaskan hatiku ke surga pribadiku yang selama ini bersemayam dalam relung hatiku yang terdalam. Aku ingin menjadi seekor kupu-kupu dan menari dengan gemulai menghias malam yang indah serta menemani bulan dan bintang di atas panggung langit gelap. Betapa kudambakan saat-saat seperti ini dan enggan kulepaskan, tetapi apakah mungkin?

Selama dalam perjalanan pulang ke rumahnya aku melihat Wina berubah menjadi diam dan termenung, seperti sedang sibuk dengan pikirannya sendiri. Berbeda ketika kami berdua menghabiskan waktu di kedai kopi dan melihat-lihat CD di lapangan parkir timur Senayan. Wajahnya menjadi kaku dan pandangannya menerawang ke suatu tempat yang hanya dia yang tahu. “Hei, lagih mikirin apaan?kok abis jalan-jalan malah bengong?” aku mencoba menegurnya dan menyadarkan dari lamunannya. “aah..ooh..gak papa kok mas, Cuma lagih pengen bengong ajah..hehehe” dia menjawab sekenanya. Aku telah cukup mengenal Wina untuk tahu bahwa dia tidak jujur kepadaku, tetapi aku cukup bijak untuk tidak bertanya lebih lanjut. Hanya seutas senyum penuh arti yang dapat aku tunjukkan kepadanya.

Tidak ada komentar: