Hujan yang berpendar

berbotol angan
tertandas di atas meja
perjamuan
lelaki mabuk kenangan
mimpi hilang pegangan

dan kutitipkan separuh sadar
pada hujan yang berpendar
hingga sepenuh malam
kulalui tanpa-Mu

Parade Kata

Parade kata meriah
Tetabuh hujan memerah
Senja perlahan gairah
Sambangi ufuk jejari

Mari bermabuk kata
Hingga lesap semesta derita
Sampai habis segala rasa
Lalu kaku semua

(di pematang waktu sunyi perlahan sembunyi)

Chocolate Almond

sealur kenangan
melenting di dinding hati

terbayang kita,
chocolate almond, dan
musim bersemi

hanya sepi

Pernahkah kau rindukan
rebah hujan merinai
indahnya sunyi

lalu kau resapi
luka terbasuh derita
jiwa luruh di tubir waktu

sepi. Hanya sepi kau rasa
perlahan sulurnya merambat
retak dinding hati dan rasa
seolah mati

Bunga Rindu

Ada setangkai berwarna biru
Tertinggal di teras matamu

(untukmu segala rasa. berlembar airmata. tertuang di mata pena)

lembar kenangan

Rinai air mata
basahi lembar kenangan,
enggan membasuh
sepasang hati lusuh

meruah aroma luka
hati yang terseret
derap hari tanpa jeda

sepasang mata kecil hampa
jelajahi usang mimpi
hilang bersama malam

biar rebah lelah hati
di atas sekotak mimpi
hingga kering lembar kenangan

[Rumah sajak]

Rumah itu mungil - nyaman
Tanpa pagar
Dan pintu selalu terbuka
sambut ziarah para penyair

Tapi aku hanya termangu
Mengintip dari balik jendela
Enggan tinggalkan jejak

Dan kusaksikan kekuncup kata
Indah bermekaran
Menanti belaian pena

lalu hati teguh menanti
Hari bertamu
berbekal sekantung jujur
semoga masih

Sebuah Musim Tanpa Warna

Sebuah musim tanpa warna
Himpit waktu adalah penjara
Gelagap jiwa yang terhempas
Ke dasar lelap

Menguar aroma sepi
Dari lipatan luka hati
Yang kian membusuk

Akal meronta, coba berontak
Enyahkan sekat sekat logika
Berlari mengejar makna

Tapi langkah ini tertahan
Di jurang lelap yang sama
Ketika himpit waktu adalah penjara
Di sebuah musim tanpa warna

-jakartasepimalamini-